Oleh : Rahel Ezra Yobelia – Mahasiswi Akuntansi Universitas Nasionakl Karangturi
Etika merupakan sebuah refleksi dari kebiasaan hidup yang baik dimana di dalam etika ada aturan, norma, kaidah, atau tata cara yang digunakan sebagai pedoman hidup baik dalam berkegiatan di masyarakat. Bukan hanya di kehidupan sehari-hari saja, tetapi dalam dunia kerja pun terdapat etika profesi yang memiliki fungsi-fungsi, nilai, prinsip serta tujuan. Etika profesi digunakan sebagai acuan agar seseorang professional bertindak sesuai dengan aturan yang diterapkan dan etika inilah yang akan melandasi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Selain mengatur tata cara seorang professional, etika profesi juga dapat meningkatkan ketrampilan intelek seseorang dalam berpikir dan membuat sebuah keputusan. Perkembangan intelek seseorang mempengaruhi perkembangan moral yang dimiliki. Oleh karena itu, kesadaran moral tidak dapat hanya sekedar mengajarkan teori-teori yang ada, namun perlu adanya pengalaman langsung di lapangan.
Perilaku tidak bermoral dapat terjadi karena seseorang gagal mematuhi harapan sebuah kelompok sosial (norma, aturan yang berlaku). Mereka sadar adanya norma atau aturan yang berlaku namun kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Berbeda dengan orang yang bertindak diluar kesadaran moral yang dimiliki. Orang yang bertindak diluar kesadaran moral belum mengetahui kebiasaan sebuah kelompok atau aturan yang berlaku. Jadi, memang ada orang-orang yang sadar bahwa ia melanggar etika dan ada juga orang-orang yang memang dirinya tidak sadar bahwa dirinya melanggar etika karena belum terbiasa dengan norma atau kebiasaan yang berlaku.
Apakah ada sanksi dari pelanggaran etika profesi ini? Tentunya ada. Sama seperti norma dan aturan, etika dalam berbisnis juga ada sanksi yang akan diterima oleh para pelanggarnya. Pelanggaran etika dalam berbisnis dapat membuat sebuah perusahaan kehilangan kepercayaan dari konsumen, tidak memiliki image baik yang dapat berpengaruh terhadap umur perusahaan kedepannya, apakah perusahaan dapat bertahan atau malah sebaliknya. Beretika dan berbisnis haruslah seimbang karena seseorang tidak dapat berbisnis tanpa mengindahkan etika atau hanya mengedepankan etika dalam berbisnis karena tujuan utama dari berbisnis itu untuk mencari keuntungan. Lalu bagaimana caranya agar dapat seimbang antara bisnis dengan etika?
Dalam sebuah perusahaan, seorang pemimpin dituntut harus memiliki ketrampilan dalam bisnis, manajerial dan etika karena seorang pemimpin adalah panutan bagi karyawannya. Bagaimana jadinya jika seorang pemimpin perusahaan tidak memiliki cukup ilmu dalam menjalankan bisnis yang ada? Bagaimana jadinya jika seorang pemimpin juga tidak memiliki moral / etika dalam menjalankan bisnisnya? Anda pasti sudah tahu jawabannya ketika anda menjadi seorang konsumen dalam perusahaan tersebut. Disisi lain, Perusahaan harus dapat mempertahankan kepercayaan konsumennya. Perusahaan harus dapat memegang komitmen dan membangun image terhadap konsumen karena dengan hal tersebut akan membentuk loyalitas konsumen kepada perusahaan. Image yang baik dapat dibentuk melalui kegiatan-kegiatan sosial Perusahaan.
Selain itu, sebagai seorang pembisnis sedapat mungkin menghindari campur tangan/teguran dari pemerintah dalam pengelolaan aktivitasnya. Hal ini berarti bahwa sebuah perusahaan harus menaati peraturan yang pemerintah berikan untuk para pengusaha seperti contohnya dengan membayar pajak tepat waktu, tidak melakukan perusakan alam dan sebagainya. Perusahaan harus membangun hubungan yang kooperatif dengan pemerintah agar dapat saling menguntungkan. Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh pebsnis adalah menjaga kesejahteraan karyawan. Bagaimanapun juga karyawan sangatlah berperan penting dalam kemajuan dan jalannya sebuah bisnis. Perusahaan yang memberikan perhatian dan penghargaan untuk karyawan dapat mengakibatkan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan.
Artikel ini telah dimuat pada : klik tautan ini