SETELAH Indonesia resmi menyatakan memiliki pasien pertama terkena infeksi Covid-19 pada Maret 2020, maka kita semua menghadapi situasi dan kondisi yang berubah, dengan serangkaian tata cara baru yang diterapkan. Mayarakat kemudian dikenalkan pada protokol kesehatan COVID-19 yaitu 3 M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak). Hal tersebut mencakup membersihkan diri beserta keluarga dengan cara langsung mandi, mencuci baju dan meletakkan sepatu maupun sandal di luar rumah, setelah dari luar rumah atau bepergian.
Lalu ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), di mana masyarakat harus menahan diri untuk tetap di rumah dan sangat mengurangi berpergian ke luar rumah. Sehingga kita harus mencari cara untuk tidak bosan dengan kegiatan rutin di tempat terbatas.
Selanjutnya muncul istilah SFH (school from home) dan WFH (work from home) yang membuat kehidupan setiap keluarga berubah. Di satu sisi kondisi dan situasi luar biasa ini membawa hal negatif pada masyarakat,yaitu kekhawatiran bahkan ketakutan terhadap virus dan akibatnya, juga perasaan terisolasi karena terbatasnya kita untuk bersosialisasi dengan normal.
Namun di sisi lain, aturan-aturan baru sebagai respons terhadap kondisi dan situasi pandemi ini membentuk kebiasaan baru bagi masyarakat yang bersifat positif, yaitu lebih patuh pada aturan, lebih aktif menjaga kebersihan diri dan keluarga, lebih sadar dan aktif melindungi keselamatan dan kesehatan diri dan orang lain.
Kemudian antar anggota keluarga jadi lebih mengenal yang dapat meningkatkan kualitas hubungan, berpikir kreatif untuk membuat kehidupan sehari-hari menjadi tetap punya variasi dalam keterbatasan, lalu lebih rajin menjaga kesehatan fisik dan mental, dan menjadi lebih spiritual. Juga yang penting, tolong menolong maupun aksi sosial karena kondisi ekonomi yang sangat terdampak akibat pembatasan. Selain itu, muncullah banyak keterampilan baru seperti memasak dan berkebun, serta kerajinan seni, dan yang pasti keterampilan menggunakan teknologi dengan munculnya banyak seminar online.
Jika diperhatikan kembali, kebiasaan baru ini mengandung beberapa aspek penting dalam kehidupan yang biasanya sulit untuk dilakukan dengan konsisten. Aspek disiplin, sosial, empati, kreatif, belajar dan membuka diri terhadap hal baru, juga lebih hemat dalam keuangan dan menurunkan pola konsumtif.
Peristiwa luar biasa yang kadang disebut beberapa orang dengan ”jeda semesta” ini juga membuat orang melakukan jeda terhadap kehidupan sebelumnya, melakukan refleksi diri, memperhatikan keluarga, dan beribadah pada Tuhan, dengan kata lain porsi hidup menjadi lebih seimbang pada ekosistem kehidupan.
Dengan kata lain, tanpa sadar lebih merawat diri sendiri dan keluarga tentunya, baik dari sisi fisik, mental dan spiritual. Semoga pandemi ini segera berlalu, dan kebiasaan baru yang baik ini terus jaga karena memiliki manfaat yang sangat baik untuk kehidupan, bukan saat pandemi saja.
Salam sehat dan semangat.
Oleh : Puspita Puji Rahayu S.Psi., M.Si – Dosen S1 Psikologi Unkartur Semarang