Teknologi dalam industri pangan terus dilakukan, salah satunya untuk mengatur daya kembang roti. Ternyata daya kembang roti bisa diatur dengan kombinasi tepung, ragi roti (saccharomyces cerevisiae), gula, dan bahan roti lainnya.
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur bersel satu dan memiliki dinding askus yang tipis. Dikenal sebagai khamir. Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk pembuatan minuman beralkohol, tapai, dan pengembang adonan roti. Jamur ini dapat mengubah gula menjadi alkohol dan karbon dioksida (CO2) melalui proses fermentasi (respirasi anaerob). Gas CO2 yang terbentuk menjadikan adonan roti mengembang.
Ragi untuk roti dibuat dari Saccharomyces cereviceae, yang dapat mengubah gula menjadi gas karbondioksida, untuk pengembangan adonan roti.
Gula yang diubah dapat berasal dari tepung maupun gula yang sengaja ditambahkan dalam adonan.
Pngembangan ini dilakukan tiga mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Nasional Karangturi (Unkartur) Semarang. Mereka berhasil mengukur daya kembang roti, berdasarkan penelitian yang mereka laksanakan.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Genovena Visi Parameswari, James Ernest Wijaya, dan Felicia Febriana Kawito.
”Kami meneliti pembuatan tiga menu roti yakni roti cokelat goreng, donat, dan pizza. Pemberian dosis ragi roti dengan beberapa variasi, sehingga dapat terukur daya kembang roti yang berbeda-beda ,” kata Felicia.
Menurut Felicia, hasil penelitian tersebut menjadi ilmu baru dalam teknologi pangan, sehingga industri pembuatan roti dapat menentukan daya kembang roti yang diinginkannya.
Penggunaan gula sebagai bahan baku roti, juga menjadi faktor yang menentukan daya kembang roti.
”Hasil penelitian untuk mengetahui daya kembang roti tersebut, akan terus dikembangkan lagi sebagai pengetahuan terapan pada teknologi pangan pembuatan roti.”
”Ilmu ini sangat bermanfaat dan aplikatif bagi industri pangan/roti,” imbuh Rektor Unkartur Semarang, Dra Lusiawati Dewi MSc.
really nice post. thanks for sharing beautiful content.