Baru-baru ini seluruh lapisan masyarakat Indonesia sedang di hebohkan dengan fenomena war takjil atau budaya berburu snack/jajanan pasar di sela sela menunggu waktu untuk berbuka puasa.
Kamis, 21 Maret 2024 adalah hari ke 10 umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah berpuasa di bulan Ramadan ini, tak luput juga warga sekitar kota Semarang turut melaksanakan nya. Sedikit berbeda dari ramadan tahun sebelumnya, pada ramadan kali ini masyarakat Indonesia nampak semangat dan antusias menjalankan nya.
Takjil adalah camilan berbuka yang paling ditunggu dan hanya hadir di bulan ramadan saja, hal ini dikarenakan menjadi ladang mencari berkah di bulan yang penuh berkah ini. Biasanya, masyarakat berjualan takjil yang berisikan berbagai macam jajanan pasar seperti kue lapis, gorengan, berbagai macam es, serta lauk pauk yang dapat dibeli dengan harga yang murah.
Hal ini menjadi perhatian juga bagi warga Indonesia yang bukan pemeluk agama Islam karena mereka pun turut berburu dan mencari takjil kesukaan. Mereka berbondong-bondong menuju penjual takjil dan mampu memborong seluruh dagangan nya serta meliput kegiatannya sehingga hal ini membuat heran dan gelak tawa bagi netizen Indonesia. Sontak video yang mereka buat mendadak viral dan seolah-olah menjadi ajang perlombaan menjadi siapa yang paling cepat dalam mendapatkan takjil tersebut. Alhasil, tak jarang umat islam yang biasanya membeli takjil pada jam 5 sore menjadi tidak kebagian karena habis.
Alih-alih marah, umat islam justru menanggapinya dengan guyonan. “Gara-gara nonis (nonislam, Red) ikut berburu takjil jam 5 sore, gorengan sudah pada abis. Disisain bakwan gundul doang. Udah gaada tepung kriuknya” celetuk salah seorang warganet di media sosial tiktok.
“Kita akan curi start kalian di jam 3 sore, pas kalian lagi lemes-lemesnya” timpal warganet non muslim lainnya.
Semua itu dituliskan atau diucapkan dengan nada riang gembira. Tidak ada yang benar-benar marah karena kehabisan takjil. Toh takjil bukanlah hidangan utama saat berbuka puasa. “Siapa ya yang pertama bikin narasi war takjil? Terima kasih sudah mempersatukan kembali dan memupuk lagi toleransi yang sempat terpecah oleh politik,” puji warganet.
“Suasana Ramadan sesungguhnya. Bersaing positif dan tidak menjelekkan keyakinan agama lain,” tulis warganet lain yang merasa bangga dengan adanya tren War Takjil.
Kendati demikian hal ini terdengar sampai telinga Rektor Unkartur dra. Lusiawati Dewi, M.Sc. sehingga menimbulkan niatnya untuk berbagi takjil kepada seluruh masyarakat kota Semarang yang melintasi daerah kota lama. “Gausah pada salip-salip an mencari takjil, ini saya kasih satu satu biar rata semua kebagian” tutur Rektor Unkartur tersebut. Kegiatan bagi-bagi takjil gratis ini sebetulnya menjadi agenda rutin tahunan yang biasa dilakukan oleh Ormawa kampus dibawah BEM dan juga HIMA yang melaksanakan nya berpindah pindah tempat di kota Semarang ini. “Semoga ramadan tahun ini memberikan dampak yang positif dan sangat bermanfaat bagi seluruh rakyat muslim maupun non muslim yang juga nampak semangat merayakannya.
Takjil merupakan ciri khas ketika umat Islam menunaikan ibadah puasa ramadhan